πŸ—‚οΈ Profile

Dayah Darul Ihsan Abu Krueng Kalee merupakan salah satu dari dua dayah induk tertua di Aceh (selain Dayah Darussalam Al Waliyyah) yang telah ada sejak masa Kolonial Belanda. Didirikan oleh Teungku Hasan Krueng Kalee pada tahun 1915 di Krueng Kale, Aceh Besar, dayah ini berkembang pesat hingga tahun 1946 dan memiliki santri dari berbagai pelosok tanah air bahkan dari negeri tetangga Malaysia.

Setelah vakum selama sekitar 40 tahun, Dayah Krueng Kalee dibuka kembali pada 1 Mei 1999 dengan nama Dayah Darul Ihsan Abu Hasan Krueng Kalee di bawah Yayasan Darul Ihsan Abu Krueng Kalee. Pemugaran kembali diprakarsai oleh Tgk. H. Ghazali Hasan dan Tgk. H. Waisul Qarani Aly Su’udy.

Visi

Mewujudkan Darul Ihsan sebagai dayah profesional, mewarisi khazanah keislaman untuk melahirkan generasi Islami yang terampil.

Misi

  • Mengelola Dayah secara efisien, transparan dan akuntabel
  • Menyiapkan santri yang memiliki aqidah kokoh, ibadah yang benar dan berakhlak mulia serta menguasai dasar-dasar ilmu keislaman yang kuat
  • Mengajar dan mengasuh serta mengasah intelektualitas dan keterampilan dengan nurani dan metode terkini

Filosofi

Berilmu, berakhlak, berwawasan, sederhana, sehat dan kreatif (IKHWAN SEHATI)

Sistem Pendidikan

Dayah Darul Ihsan menerapkan Kurikulum Terpadu yang mengintegrasikan tiga komponen:

  1. Kurikulum Kementerian Agama
  2. Kurikulum Dayah Salafiyah
  3. Kurikulum Dayah Modern

Program pendidikan berlangsung selama 6 tahun (3 tahun MTs dan 3 tahun MA/SMK) dengan sistem Boarding School/berasrama. Lulusan yang menyelesaikan program 6 tahun akan memperoleh 3 ijazah: Ijazah MTs, Ijazah MA/SMK, dan Ijazah Dayah.

Seluruh aktivitas diformulasikan dalam bentuk Tarbiyah/Pendidikan, baik di dalam maupun di luar kelas. Sistem Boarding School terbukti meningkatkan kualitas santri dalam:

  • Hidup disiplin
  • Rajin beribadah
  • Kemandirian
  • Hemat
  • Kepedulian
  • Kemampuan berbahasa Arab dan Inggris
  • Berakhlakul karimah

Materi Pelajaran

Tingkat Tsanawiyah:

  • Tahfidz Al Quran dan Tajwid
  • Aqidah Islamiyah
  • Akhlaq
  • Fiqh
  • Hadist
  • Nahwu Sharaf
  • Khat
  • Mufradat
  • Tarikh Islam
  • Bahasa Inggris

Tingkat Aliyah/SMK:

  • Tahfidz Al Quran dan Tahsin
  • Aqidah Islamiyah
  • Tasawuf
  • Fiqh
  • Ushul Fiqh
  • Tafsir
  • Ulumul Quran
  • Hadist
  • Mushthalah Hadist
  • Balaghah
  • Tarikh Tasyri’
  • Mantiq
  • Nahwu Sharaf
  • Tarikh Islam
  • Bahasa Inggris

Pengembangan Bakat dan Kreativitas

Dayah memberikan ruang untuk santri mengembangkan bakat dan kreativitas yang dipandu oleh ahli di bidangnya, meliputi:

  • Al-Quran (Tahfidz, Tilawah, Syarhil, Fahmil)
  • Baca Kitab Kuning
  • Khat
  • Les Komputer
  • Bela diri
  • Pidato dalam tiga bahasa (Arab, Inggris, dan Indonesia)
  • Zikir Maulid
  • Dalail Khairat
  • Olahraga (Bola Kaki, Takraw, Volly, Panahan)
  • Training pengembangan diri

Pimpinan dari Masa ke Masa

  1. Teungku Hasan Krueng Kale (1915-1946)
  2. Tgk. Qusayyin Aly Su’udy (1999-2003)
  3. Tgk. H. Mutiara Fahmi Razali, Lc, MA. (2003-2006)
  4. Tgk. Suhaili, Lc, MA. (2006-2008)
  5. Dr. Tgk. H. Syukri Yusuf, Lc, MA. (2008-2010)
  6. Tgk. H. Muhammad Faisal Sanusi, S.Ag, M. Ag. (2010-sekarang)

Alumni Terkemuka

Dayah Darul Ihsan telah melahirkan banyak tokoh ulama nasional dan lokal berintensitas dan berkualitas tinggi. Sekitar dua pertiga dayah yang ada di Provinsi Aceh dipelopori atau dipimpin oleh para teungku (ulama) yang pernah mengecap pendidikan di Dayah Darul Ihsan Abu Krueng Kalee. Di antara alumni terkemuka:

  • Teungku Haji Muhammad Waly Labuhan Haji
  • Teungku Haji Mahmud Blang Bladeh
  • Teungku Haji Abdul Rasyid Samlakoe Alue Ie Puteh
  • Teungku Haji Sulaiman Lhoksukon
  • Teungku H. Yusuf Kruet Lintang
  • Prof. Dr. Hasbi As Shiddieqy
  • Prof. Ali Hasjmy (mantan Gubernur Aceh)
  • Teungku H. Nurdin (Mantan Bupati Aceh Timur)
  • Teungku H. Adnan Bakongan
  • Teungku H. Habib Sulaiman (Mantan Imam besar Mesjid Raya Baiturrahman)
  • Teungku H. Idris Lamreung (ayahanda Alm. Prof. Dr. Safwan Idris, mantan Rektor IAIN Ar Raniry Banda Aceh)

Sebagian besar alumni kemudian membuka lembaga-lembaga pendidikan agama/dayah baru di daerah masing-masing, sehingga meneruskan tradisi keilmuan dan pendidikan Islam di Aceh.